Liburan saat Asian Games

Sekolah Labschool adalah salah satu sekolah yang diliburkan pada saat Asian Games. Kira-kira sekolah diliburkan selama dua minggu, dari tanggal 20 sampai tanggal 31 Agustus. Kami bukan bersantai saat liburan berlanjut. Tetapi kami memiliki tugas online di rumah, yaitu e-learning.

Di e-learning, kami akan mengerjakan tugas yang berbeda-beda setiap harinya. Setiap harinya ada tiga mata pelajaran yang harus dikerjakan sesuai waktunya. Kami tidak bisa mengerjakannya sesuka kami.  E-learning dimulai dari jam tujuh pagi sampai jam tiga siang. Tentu kami diberi waktu istirahat yang dapat digunakan untuk makan, beribadah, bermain handphone, dan lainnya.

Pada tanggal 22 Agustus, bertepatan juga dengan Idul Adha. Keluargaku membeli sapi untuk diqurbankan. Pada pagi hari, kami dibangunkan untuk mandi dan bersiap-siap menuju masjid untuk melakukan solat Idul Adha. Setelah melakukan solat, aku melihat-lihat kambing dan sapi yang ada di sekitar masjid dan memberi mereka makan daun ataupun tumbuhan yang ada di sekitar. Saat aku memberi makan, ternyata ada temanku yang menepuk pundakku dan dia ternyata satu sekolah denganku. Kami pun mengobrol sebentar dan kembali memberi makan kambing dan sapi. Akhirnya, semua orang yang ada di masjid meninggalkan masjid, termasuk keluargaku.

Akhirnya kami pulang dan melihat pengurbanan sapi. Sebelum melihat pengurbanan, kami sarapan terlebih dahulu.  Saat kami sampai di sana, kami tidak melihat kambing karena hanya ada satu kambing dan aku terlambat untuk melihatnya. Setidaknya sapi kami belum dipotong. Aku melihat sapi yang sudah dipotong, serta sapi yang masih dikurbankan. Aku melihat dengan sedikit ngeri, tetapi aku tidak apa-apa. Aku hanya kaget dan menutup mulutku menggunakan kedua tanganku.  Sebenarnya, aku ingin membantu untuk membagi-bagikan daging ataupun memasukkan mereka ke dalam plastik seperti tahun lalu, tetapi aku harus pergi ke rumah saudaraku di Bekasi.

Saat aku sampai di rumah saudaraku, orang tuaku mengobrol-ngombrol dengan kakak ibuku. Sedangkan aku mengobrol bentar bersama saudaraku, bermain kucing milik saudaraku, mengerjakan tugas, bermain handphone, dan menonton Anime. Di rumah saudaraku juga kami makan siang. Pada saat itu, e- learning diliburkan, jadi kami dapat menikmati hari kami tanpa kekhawatiran. Kemudian, kami tidak pulang ke rumah dulu, aku dan keluargaku pergi ke mol untuk menonton bioskop. Setelah menonton bioskop baru kami akan pulang.

 Liburan saat Asian Games

Setelah qurban, kami melaksanakan e-learning seperti biasa. Kami juga dapat menonton Asian Games. Karena ada juga tugas e-learning kami yang dilakukan berkelompok dan melakukan pengamatan, wawancara, dan lainnya. Untuk tugas itu, aku dan kelompok ku berencana untuk menonton Asian Games tentang bersepeda pada tanggal 25 Agustus. Kami kehabisan tiket untuk membelinya online, jadi kami berniat untuk datang pagi-pagi dan membeli tiketnya di sana.

Walaupun ada e-learning, kami juga dapat bersantai ataupun pergi ke suatu tempat karena akan ada jadwal untuk melengkapi tugas e-learning yang belum dikerjakan, yaitu saat hari Jumat minggu kedua. Saat e-learning, aku tidak pergi kemana-mana. Hanya ke mol saat bisa. Ditambah jadwal lesku, Bintang Pelajar dan English First, masih tetap ada walaupun Asian Games. Aku sangat bosan karena aku lebih suka saat masuk sekolah dibandingkan e-learning. Karena kita dapat bertemu teman-teman dan bermain ataupun mengobrol sehingga aku tidak bosan. Tetapi, jika e-learning, mungkin kami dapat saling chat di Line. Itu dapat membuat kerinduanku berkurang karena dapat mengobrol bersama mereka.

Get to knowAngklung, Heritage of Original Sundanese Traditional Music

Angklung, this Sundanese original musical instrument is one of the cultural heritages that must be preserved. Coming from Kuningan Regency, this musical instrument made of bamboo has been recognized by UNESCO as a cultural heritage of Indonesia.

Do not know, then do not love. In order to love this very valuable inheritance, let's get to know angklung deeper. Many unique facts that you may not know about this instrument so far, and everything will be discussed here.

Angklung History

There is no definite record of when exactly angklung was created. But history records that in the 12th century, this instrument had begun to be used, that is, during the Sunda Kingdom.

This instrument is believed to be the caller of Dewi Sri to provide fertility for agricultural land. Usually, angklung is made of black bamboo and bamboo ater with various types of sizes that produce different music.

After that, angklung developed into several types. One of them is the tone of angklung music by Daeng Sutigna, a resident of Citangtu, Kuningan who was the first person to create diatonic angklung music tones. Because Daeng Sutigna also, angklung can play various types of music, both traditional and modern.

Because Daeng Sutigna also, Kuningan Regency now calls itself Angklung Regency and has been established since 2010.

Angklung type

Not only one, but there are several types of angklung. Starting from Angklung Kanekes played by the Baduy community, Angklung Reyog played in Ponorogo, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrak played by the people of Bogor, Angklung Badeng played by the people of Garut, Angklung Buncis played by the people of Bandung, Angklung Padaeng which is typical of Kuningan, Angklung Toel, Angklung Sri Murni and Angklung Sarinade which have a round tone.

How to Play Angklung

Different from angklung, the distinctive sound is also different. Likewise with the technique of playing it, driven in a different way, the tone will be different.

The most widely used technique for playing angklung is Karulung, which is to shake it to the left and right. The second way is to check, aka jerk it. And the Tangkep technique, which is similar to Karulung, but there is one tube that is held in order not to vibrate.

Kuningan Angklung Festival

There are many angklung festivals that have been held in West Java and Banten, as well as several other areas. But what will soon be held is the Kuningan Angklung Festival, which will be held on August 17, 2018.

Kuningan has repeatedly held angklung festivals and is always crowded with visitors. Not only from Kuningan area itself, but also from other regions who want to see firsthand the grand event of this traditional musical instrument.

Interested in witnessing this annual festival? You can go to Kuningan by train. The easiest way is to buy Indonesian train tickets to Cirebon. From here, then you can continue the trip by mini bus or elf to Kuningan.

Usually, when the angklung festival season arrives, Indonesian train tickets to Cirebon are always sold out. Therefore, you should prepare yourself for a long time so you don't run out. And be sure to buy at Traveloka which is already known as a trusted Indonesian train ticket agent.

Compared to other lines, the train to Cirebon and then on to Kuningan is the fastest and most affordable transportation option. With a limited budget, you can enjoy the thrill of the angklung festival in Kuningan and all the way to other places that are not less interesting in this area.